Jumat, 27 April 2012

redaksi Majalah mahkota


Pengantar     Redaksi


Text Box: DiterbitkanKelompok Kerja Guru (KKG) MAHKOTA rapat Berdasarkan rapat pengurus KKG “MAHKOTA” Kecamatan Ngariboyo,maka telah disepakati bahwa pada hari Jumat Kliwon tanggal 27 Januari 2012Untuk menyusun sebuah Media berupa Majalah “MAHKOTA”sebagai wadah menyalurkan aspirasi para guru dan Kepala SekolahKecamatan NgariboyoPembina :Drs. Budihantoro P,MMKepala UPTD Pendidikan TK,SD,SDLB, dan PNFI Kecamatan NgariboyoPenanggungjawab:Kelompok Kerja Kepala SekolahKecamatan NgariboyoPenasehat :Pengawas TK/ SDPemimpin Redaksi:Drs. Suyatin,MMWakil Pemimpin Redaksi:Drs. SuwitoDrs. DjarnoEditor:Drs. Subiyanto, Hernik Nurdaheni, S.PdKaryono, S.Pd, Agus Supriyanto,S.Pd Sekretaris Redaksi:Priyanto, S.PdAnis Nurnafiatin, S.PdBendahara:Fitri Dwi Mahargyani, S.PdYanti Purborini, S.PdReporter:Suharto, S.Pd, Yadi, S.PdAgus Dwi PrijantoKarminah, S.Pd.SD, Wahyana, S.Pd.SDFotografer:Kukuh Widianto, S.PdLay Out:Sudarno, S.Pd,Denny Nur Aidah Riyani, S.Pd.SD Pemasaran dan Promosi:Mugi Lestari, S.PdNunuk Sugiarti, S.PdKasmuti, S.PdRedaksi menerima berbagai bentuk tulisan dari para pembaca yang sesuai dengan misi Majalah Mahkota, naskah dikirim ke redaksi Majalah Mahkota Jln. Raya Magetan Parang Nomor 13-14 Ngariboyo atau Email: kkgmahkotangariboyo@gmail.comDicetak Oleh:CV Media Cendekia
Pembaca Majalah “Mahkota “ yang budiman.....
 Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pada tahun ini Kelompok Kerja Guru (KKG) Mahkota dapat menerbitkan sebuah majalah
sebagai wadah menyalurkan aspirasi para guru dan Kepala Sekolah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
Munculnya Majalah ini diilhami dan terinspirasi dari diterbitkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang diperlakukan secara efektif pada tahun 2013 dan tentu kami yakin  para pembaca yang budiman sudah mempelajari dan memahami dengan baik permenpan tersebut.
Pada Bab V tentang Unsur dan Sub Bab Unsur Kegiatan khususnya pada C-2 tentang publikasi ilmiah bahwa kegiatan guru yang dinilai angka kreditnya antara lain adalah publikasi ilmiah atas hasil penelitian dan gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal.
Atas dasar  itu dan dalam rangka membuka wadah berkreasi maka muncullah Majalah “Mahkota “ .
Sehubungan dengan itu, redaksi Majalah “ Mahkota” akan sangat berbangga hati jika para pembaca budiman terutama sejawat guru ikut berpartispasi mendukung terbitnya Majalah “Mahkota”
Oleh karena itu redaksi menerima berbagai bentuk karya atau tulisan yang sesuai dengan misi Majalah “Mahkota” yang tentunya adalah tulisan seputar pendidikan.
Pada terbitan edisi perdana ini karya yang dimuat antara lain tentang artikel hari pendidikan nasional, Ujian Nasional, Pendidikan Karakter, Peranan Motivasi bagi siswa, tantangan pendidikan di masa depan, dan beberapa berita foto kegiatan yang sudah pernah diselenggarakan oleh oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) Mahkota Kecamatan Ngaribyo.
Akhir kata, selamat membaca, selamat berkarya dan mohon doa restunya agar Majalah “ Mahkota tetap eksis dan bermanfaat.
 
 
 Yang berdampa

Peran Motivasi


Pada akhir-akhir ini muncul gejala yang menjadikan anak didik atau siswa apatis, kurang semangat belajar dan prestasi cenderung menurun. Di samping itu juga sifat orang tua atau wali murid yang kurang memberikan perhatian kepada putra –putrinya karena selalu disibukan kegiatan untuk mencari uang bahkan sampai menjadi TKI/TKW di luar negeri.
            Sehingga guru dijadikan satu-satunya sumber informasi yang diharapkan bisa memberikan segalanya kepada siswa terutama di pedesaan–pedesaan yang jauh dari fasilitas pendidikan seperti tempat les, tempat kursus dan tempat-tempat yang bisa memberikan tambahan Ilmu Pengetahuan.
            Namun guru ibarat makan buah simalakama , dimakan Bapak mati tidak dimakan Ibu mati, Guru tidak boleh bertindak keras kepada murid apalagi sampai memberikan hukuman fisik seperti memukul, mencubit dan lainsebagainya. Disisi lain siswa semakin bandel bahkan kurang ajar, tidak tahu adat dan sopan – santun.Pada ujungnya yang menerima getah kesalahan adalah guru , utamanya guru-guru yang ada ditingkat dasar dengan kata lain guru-guru SD.
            Untuk itu diperlukan guru-guru SD yang pandai dan terampil membuat anak/siswa menjadi anak yang baik, sopan, berahklak mulia dan berprestasi tinggi tanpa melanggar HAM( Hak Asasi Manusia ) yang bisa menyeret guru masuk penjara gara-gara jengkel kepada murid-muridnya yang bandel, acuh, apatis, kurang minat belajar dan prestasi  belajar rendah. Adapun yang diperlukan adalah nasehat dan motivasi guru terhadap siswa siswinya.
a.        Peranan Motivasi Guru
             Yang dimaksud dengan peranan motivasi guru adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan oleh guru kepada siswa –siswanya. Kata peranan secara umum artinya bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan , 1989:667)
            Motivasi berarti Usaha-Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya ( 1989:593). Sedangkan guru artinya orang yang pekerjaannya mengajar ( 1989:288).
b.        Keberhasilan Siswa
            Adapun yang dimaksud dengan keberhasilan siswa adalah  siswa atau murid. Kata keberhasilan berasal dari kata hasil yang berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha pikiran ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,1989:848).
            Jadi secara keseluruhan tentang peranan motivasi terhadap keberhasilan siswa dapat diartikan sebagai bagian dari tugas utama yang  harus dilaksanakan oleh orang yang tugasnya mengajar dengan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok oreng tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan yang diusahakan oleh siswa/murid.
c.         Pengertian Motivasi
            Motivasi adalah mahkluk yang mempunyai motif/dorongan, namun motif atau dorongan itu ada bermacam – macam.
          Motivasi dalam kapasitas belajar mempunyai arti yang sangat penting bagi pendidikan. Dengan adanya kapasitas untuk belajar memungkinkan anak dapat menguasai sesuatu pengetahuan dan memiliki pengertian-pengertian, serta memahami berbagai macam pelajaran disekolah.Menurut Whitherington kata motivasi berasal dari kata motive yang dalam ilmu psikologi berarti tanaga yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu (Bimo Walgito,1993:129)
d.        Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadikan seseorang berbuat lebih efektif untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu yang positif. Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menyebutkan motivasi dalam manusia berbuat adalah dengan menggunakannya.
Motivasi yang kuat dan telah ditentukan bila anak mempunyai motivasi yang cukup kuat untuk belajar, maka ia harus berusaha agar ia dapat belajar dengan sebaik-baiknya(1993:129). Setiap unsur kegiatan /perbuatan manusia mengandung tiga unsur pokok yang saling kait-mengkait yaitu: 1) Adanya suatu dorongan untuk dilakukan suatu perbuatan atau melepaskan energi; 2) Menentukan arah untuk mencapai tujuan; 3) Mengadakan semacam tindakan selektif yaitu yang menguntungkan dan cepat mencapai tujuan dan perbuatan yang mungkin mengganggu hingga menggagalkan tujuan yang diharapkan.(soeryadi,1982:79)
Mengingat betapa besarnya peranan motivasi dalam suatu perbuatan, maka dalam lapangan pendidikan dan pengajaran hendaknya seorang guru lincah dalam memberikan motivasi dalam belajar bagi anak didiknya.
e.    Prinsip Motivasi
Motif adalah konstruk hipotis yang menjelaskan daya yang terarah dalam pribadi seseorang yang mendorongnyauntuk melakukan sesuatu, dalam hal ini guru hendaknya berperan sebagai pendorong motivator agar  motif-motif yang positif dibangkitkan  dan atau ditingkatkan dalam diri siswa.(fasitatorun,2004  : 24  ).
Motivasi ada dua macam yaitu motivasi dari dalam atau intrinsik dan motivasi dari luar atau ekstrinsik. 1) Motivasi dari dalam diri siswa ( motivasi intrinsik) dapat dilakukan dengan cara menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan  untuk mencoba , dan hasrat untuk maju dalam belajar (2004  : 24  ).Dalam  hal ini guru harus dapat memancing agar siswa tergugah sehingga bergairah untuk belajar, mempunyai semangat /dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin selalu mencoba dan mempunyai hasrat ingin maju, dengan kata lain guru harus bisa menarik simpati siswa terhadap pribadi guru. 2) Motivasi dari luar diri anak /motivasi ekstrinsik
          Adapun dorongan yang bisa dilakukan oleh guru untuk mengarahkan belajar anak yang berasal dari luar diri anak adalah sebagai berikut:   : a) Mengadakan Ulangan yaitu Kebiasaan murid akan giat belajar apabila gurunya memberitahukan bahwa hari itu akan diadakan tes atau ulangan tentng mata pelajaran  terentu.Mengapa harus ada ulangan? Karena tidak ada seorang muridpun yang tidak ingin mendapatkan nilai yang baik dalam suatu ulangan, pasti semua murid akan terdorong atau termotivasi untuk belajar agar mendapatkan nilai yang baik.Oleh sebab itu agar supaya harapan guru atau pendidik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran maka ulangan mutlak diperlukan; b) Memberikan Ganjaran atau Hadiah bahwa Hadiah atau ganjaran akan dapat memberikan motivasi belajar bagi anak (2004  :24 ). Jiwa seorang anak akan bangga apabila mendapatkan hadiah atau ganjaran  dari bapak atau ibu gurunya.Apalagi hadiah tersebut dapat menyentuh jiwa anak maka sangatlah memberikan dorongan atau motivasi, disamping itu pemberian hadiah dihadapan teman-temanya atau mungkin bapak ibu guru atau bapak wali murid sekalipun.Oleh karena itu setiap penerimaan raport mengundang wali murid untuk hadir disekolah untuk menerima raport putra putrinya dan diadakan pembagian hadiah.Hal ini akan memberi motivasi tersendiri kepada putra-putrinya untuk berprestasi lebih baik.Dengan demikian berarti guru selain memberi motivasi kepada siswa untuk memberi hadiah sekaligus memberi motivasi kepada wali murid agar putra –putrinya berprestasi, karena orang tua pasti bangga kalau putra atau putrinya disebut dan ditampilkan dihadapan orang banyak untuk menerima hadiah; c) Pujian dalm hal ini Pujian atau sanjungan sebenarnya tidak terbatas pada anak-anak saja, namun orang dewasapun mereka senang dan bangga apabila mendapat pujian. Kiranya hanya satu dua orang saja yang tidak merasa senang apabila dipuji atau disanjung.
Untuk itu maka pantaslah apabila pujian merupakan salah satu cara guru untuk memberi motivasi kepada siswa siswinya agar lebih giat belajar agar mendapat nilai yang baik.
Namun seorang pendidik atau guru harus benar-benar selektif dalam memberikan sanjungan atau pujian terhadap siswa pada masalah yang cukup istimewa. Misalnya seorang anak mendapatkan nilai 9-10; (1) Tugas Kelompok dalam Memberikan tugas pad aanak-anak untuk menyelesaikan suatu masalah pekerjaan yang dipikul beberapa anak akan mempertinggi daya kerja, Karena masing-masing anak akan saling menunjang kemampuannya. Di samping itu dengan metode tugas kelompok ini rasa solidaritas anak dapat terbina dengan baik, karena mereka merasa saling mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kekompakan dan kerja sama yang baik, hendaknya sebelum bekerja diadakan pembagian tugas dan dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Karena tidak jarang anak yang pasif dan menyerahkan tugas tersebut kepada salah satu atau dua orang saja.
            Metode tugas kelompok ini sifatnya tidak mutlak karena tidak semua mata pelajaran atau materi dapat dikerjakan secara kelompok, disamping itu guru dituntut lebih siap dan menguasai setiap bahan secara mendalam agar kalu kelompok –kelompok tadi menjumapi kesulitan guru bisa mengarahkan penyelesaian dengan baik dan benar.
Menciptakan  Suasana Baik
              Suasana dalam kelas tempat belajar harus dapat membuat /menjadikan anak betah atau krasan tinggal lama dalam ruangan kelas .Hal ini sangat penting sebab suasana dalam kelas seorang guru harus dapat membuat atau menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga - gambarmenarik perhatian siswa.Hal ini juga bisa dikerjakan siswa bersama guru yaitu dengan menghias dinding dengan gambar yang ada hubungannya dengan pelajaran lagi pula menarik; (2) Menciptakan Suasana Persaingan /Perlombaan. Bersaing sangat memungkinkan anak termobilisasi untuk giat belajar, Apalagi persainagn dihadapan teman-temannya .Untuk itu antara siswa yang satu bersaing dengan siswa yang lain untuk mendapat nilai yang sebaik-baiknya.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa : 1) Peranan motivasi sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa. Baik motivasi yang berasal dari dalam diri anak (intrinsik) maupun yang berasal dari luar diri anak ( ekstrinsik). 2) Agar motivasi /dorongan dari guru tidak sia-sia maka guru harus menetapkan /memberikan motivasi sesuai dengan waktu, tempat, bakat maupun minat siswa, di samping harus memperhatikan lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat; 3) Guru dituntut agar aktif dan kreatif dalam memberikan motivasi  atau dorongan kepada siswa.

Pendidikan Karakter untuk membangun bangsa


memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan, kesenian, bahasa, keindahan alam dan keterampilan lokal yang merupakan ciri khas suatu suku bangsa. Keanekaragaman tersebut memperindah dan memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut perlu diusahakan pengembangan dan pelestariannya dengan tetap mempertahankannya melalui upaya pendidikan karakter.
Bagi Negara Indonesia, melaksanakan pendidikan karakter berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia mulai sekarang.
Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa diikuti kejujuran, peningkatan disiplin diri, kegigihan, semangat belajar yang tinggi, mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebhinekaan, serta tanpa rasa percaya diri .
Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda.  Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Tentunya timbul pertanyaan, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus di bangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang panjang serta dilakukan secara kontinyu. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak kita perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, ekonomi, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali, namun karakter tidaklah demikian. Karakter selalu merupakan hasil pilihan kita sendiri.
Ketahuilah bahwa kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan kita seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang kita hargai dalam kehidupan ini. Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya sendiri dengan memiliki pengendali ( control ) atas karakter itu, artinya kita tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter kita yang buruk karena kita yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab  pribadi masing – masing.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Ingatlah tri pusat pendidikan bahwa pendidikan akan berhasil bila ketiganya bisa berjalan serasi selaras dan seimbang yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat ( lingkungan ).
Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Bayangkan apa persaingan yang muncul 10 tahun mendatang ? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di Dunia. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun itu tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Berkaca pada hasil penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan generasi penerus yang sedang duduk di kursi penting pemerintahan negara ini dan mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, mampukah mereka menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya? Tentunya kita dapat menilai sendiri dari peristiwa – peristiwa yang baru – baru ini rencana kenaikan BBM . apa yang terjadi pada masyarakat kita, apa yang terjadi pada pemimpin kita yang duduk di kursi panas? 
Marilah kita tengok sejarah kebelakang, bagaimana seorang Lee Kwan Yew ketika tahun pertama menjabat PM Singapura, memprioritaskan membangun jiwa, mental, dan karakter warga negaranya. Setelah memasuki tahun kedua, ia membangun seribu WC umum seantero Singapura, lalu membeli seribu dompet yang diisi dengan ratusan dolar Singapura dan kemudian sengaja ditempatkan pada seribu WC umum tersebut. Ketika dicek satu hari setelahnya, seribu dompet itu masih utuh, demikian juga setelah dua hari masih belum ada yang bergeser dari tempatnya. Pada hari ketiga, satu dompet hilang, tetapi ditemukan di kantor polisi di mana isinya tak berkurang. Bagaimana jika itu dilakukan di Indonesia, apakah dompet-dompet tersebut masih akan utuh berikut isinya, atau bahkan mungkin akan hilang beserta dompet – dompetnya…?
UU No 20/2003 tentang Sisdiknas mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah "menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Tujuan ini sangat mulia, seirama dengan bait lagu "Indonesia Raya" tadi yang terlebih dahulu hendak membangun jiwa, baru membangun badannya.
Pendidikan karakter senantiasa ada pada zamannya. Namanya berganti-ganti, mulai dari Civics dan Pendidikan Kewarganegaraan pada zaman Orde Lama. Pada masa Orde Baru menjadi PMP serta PPKn. Namanya memang berbeda, namun muatan dan orientasinya adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4), dengan pendekatan pembelajaran yang didominasi oleh pendekatan indoktrinatif dengan modus transmisi nilai. Tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan bahkan merupakan masa puncak dari krisis karakter. Bentuk konkret dari krisis karakter ini terlihat dari kerusakan akibat korupsi, kerusakan ekonomi, konflik horizontal, karakter yang anarki dan cenderung menyenangi kekerasan dan kemunafikan, serta hilangnya kebanggaan menjadi bangsa Indonesia.
Kini tahun 2012, Indonesia kita yang seharusnya makin dewasa karena telah berumur, malah semakin mempertontonkan keanehan sebagai negeri yang dihuni oleh penduduk muslim terbesar di dunia. Entah mengapa dan apa yang keliru, tetapi semuanya harus segera diatasi. Untuk melakukan itu, pendidikan adalah pintu utama, khususnya dalam membangun karakter bangsa yang kukuh..
Karakter bukan sekadar penampilan lahiriah, melainkan secara implisit mengungkapkan hal-hal tersembunyi. Oleh karenanya, orang mendefinisikan karakter sebagai "siapa anda dalam kegelapan". Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai etika, meliputi aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral.
Sekarang bagaimana membangun karakter dari pintu pendidikan harus dilakukan secara komprehensif-integral?, tentunya tidak hanya melalui pendidikan formal, namun juga melalui pendidikan informal dan non formal. Selama ini, ada kecenderungan pendidikan formal, informal dan non formal, berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Akibatnya, pendidikan karakter seolah menjadi tanggung jawab secara parsial. Banyak hal yang memiriskan ketika mengamati sistem pendidikan kita. Di depan mata, nilai-nilai kejujuran telah diinjak-injak, melakukan sabotase, adalah hal yang sering terjadi dan dianggap biasa.
Pendidikan kita selama ini, sepertinya lebih banyak menghasilkan generasi yang pandai mengeluh, membebek, dan mengambil jalan pintas. Untuk menanamkan nilai kejujuran misalnya, sekolah-sekolah ramai membuat kantin kejujuran. Anak diajak belajar untuk jujur dalam membeli dan membayar barang yang dibeli tanpa ada yang mengontrolnya.
Namun sayang, gagasan yang tampaknya relevan dalam mengembangkan nilai kejujuran ini mengabaikan prinsip dasar pedagogi pendidikan berupa kedisiplinan sosial yang mampu mengarahkan dan membentuk pribadi anak didik. Di rumah misalnya, PR yang harusnya dikerjakan anak justru dikerjakan oleh orang tua atau kakaknya, bukan mendampingi dan menuntun anak menyelesaikan PR tersebut.
Demikian juga perilaku masyarakat banyak yang memberi contoh kurang mendidik seperti perilaku kurang sopan, mencuri, dan yang lainnya. Bagaimana mengatasinya? Secara institusional, Lembaga pendidikan telah berusaha memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui penguatan kurikulum, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai bagian dari penguatan sistem pendidikan nasional.
Keluaran (output) pendidikan harus diorientasikan pada keseimbangan tiga unsur pendidikan berupa karakter diri, pengetahuan, soft skill. Jadi bukan hanya berhasil mewujudkan anak didik yang cerdas otak, tetapi juga cerdas hati, dan cerdas raga. Ini sesuai drngan pendapat Lickona (2007) menyatakan bahwa terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif : (1) kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi, (2) definisikan "karakter" secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku, (3) gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif, (4) ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian, (5) beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral. (6) buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil. (7) Usahakan mendorong motivasi diri siswa, (8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral, (9) tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral, (10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra, dan (11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik. Agar dapat berjalan efektif, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga desain, yakni; (1) Desain berbasis kelas, yang berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar, (2) Desain berbasis kultur sekolah, yang berusaha membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa, dan (3) Desain berbasis komunitas.
Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka.
Dengan desain demikian, semoga pendidikan karakter akan senantiasa hidup dan bersinergi dalam setiap rongga pendidikan. Sejak anak lahir atau bahkan masih dalam kandungan, ketika berada di lingkungan sekolah, kembali ke rumah, dan bergaul dalam lingkungan sosial masyarakatnya, akan selalu menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar, mencontoh, dan mengaktualisasikan nilai-nilainya yang dipelajari dan dilihatnya itu. Semoga.